Langsung ke konten utama
TSOiTSCoGfY7GpYpTSd8Tpr9GY==

Headline

Search

Ketua Kolegium DVE Indonesia Pimpin Penelitian AI untuk Diagnosis Presisi, Tekankan Pentingnya Adaptasi Dokter di Era Digital

NETT Indonesia - Dunia kedokteran kini berada di ambang revolusi besar, didorong oleh kemajuan pesat kecerdasan buatan (AI). Teknologi AI telah mengubah cara penyakit dideteksi, didiagnosis, dan diobati secara fundamental. Dengan kemampuannya menganalisis data dalam skala masif, AI dapat mengenali pola-pola kompleks pada citra medis yang mungkin luput dari mata manusia, mempercepat penemuan obat baru, hingga merancang rencana terapi yang dipersonalisasi untuk setiap setiap pasien.  

Ketua Kolegium Dermatologi, Venereologi, dan Estetika (DVE) Indonesia, Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, Sp.D.V.E., Subsp.Ven., FINSDV, FAADV, memimpin sebuah penelitian inovatif yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan presisi diagnosis dan terapi dokter spesialis DVE di Indonesia. Penelitian yang berfokus pada aplikasi AI bernama ClinPath.ai ini berhasil meraih penghargaan di kancah nasional.

Riset yang menguji efektivitas ClinPath.ai ini melibatkan 44 dokter spesialis DVE sebagai responden. Hasilnya dipresentasikan dalam ajang Lomba Penelitian Ilmiah pada Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) PERDOSKI 2025 di Bali dan berhasil meraih Juara (2nd Runner Up) dalam kategori Oral Presentation Research.

Acara PIT PERDOSKI 2025 yang baru saja berakhir, berlangsung dari 10 hingga 13 Juli 2025 di Bali Nusa Dua Convention Center dan RS Universitas Udayana.

Tim peneliti yang solid ini terdiri dari dr. Rina Purnamasari (PPDS DVE UNS), dr. Akbar Fahmi, Abdi Salam, SSi, Muhammad Ridho Isdi, SSi (Multimedika Mahadata), dan dipimpin oleh Dr. dr. Prasetyadi Mawardi.

Visi Masa Depan: AI Sebagai Alat Bantu, Dokter Tetap Kunci

Menanggapi keberhasilan riset ini, Dr. Prasetyadi menekankan bahwa teknologi AI memiliki potensi besar untuk mentransformasi praktik dermatologi. Menurutnya, inovasi seperti ClinPath.ai “tentunya akan banyak membantu sejawat dalam mengimplementasi, mendiagnosis, dan melakukan manajemen terapi yang tepat.”

Beliau juga menyoroti perlunya adaptasi dalam dunia pendidikan kedokteran. Dr. Prastyadi setuju bahwa kurikulum pendidikan spesialis harus terus berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi.

“Ilmu pengetahuan selalu berkembang. AI merupakan tool dalam membantu kita. Para sejawat juga didorong dan dimotivasi untuk selalu menyesuaikan dengan berbagai perubahan yang dinamis, termasuk di bidang DVE,” tegasnya. Hal ini untuk memastikan dokter di masa depan tidak hanya menjadi pengguna pasif, tetapi mampu memvalidasi dan memahami keterbatasan teknologi yang mereka gunakan.

Mengenai visi jangka panjang, Dr. Prasetyadi memandang pencapaian ini sebagai langkah krusial namun tetap merupakan permulaan.

“Ini masih merupakan langkah awal dalam menjawab tantangan perubahan teknologi yang sangat pesat. Perbaikan dan penyempurnaan harus selalu dilakukan dalam upaya penyempurnaan standar kompetensi dan standar profesi SpDVE,” jelasnya.

Ia menutup dengan menegaskan bahwa integrasi teknologi harus selalu berpegang pada visi dan misi Kolegium DVE Indonesia, yaitu “tetap mengedepankan Kindness, Dignity, Value, Enthusiasm, dan Integrity-Innovation.”

Menyambut baik visi tersebut, dr. Akbar Fahmi yang mewakili tim pengembang teknologi dari Multimedika Mahadata menyatakan komitmen penuh untuk merealisasikan visi tersebut.

"Multimedika Mahadata siap mendukung visi Kolegium DVE Indonesia tersebut," ujar dr. Akbar Fahmi, menguatkan.

(Red)

Ketua Kolegium DVE Indonesia Pimpin Penelitian AI untuk Diagnosis Presisi, Tekankan Pentingnya Adaptasi Dokter di Era Digital
Next Post
© Copyright - NETT Indonesia . All rights reserved.