Langsung ke konten utama
TSOiTSCoGfY7GpYpTSd8Tpr9GY==

Headline

Search

Setelah Pabrik Coca-Cola Bali Ditutup, Apa Dampaknya Bagi Tenaga Kerja dan Ekonomi Daerah?

NETT Indonesia – Keputusan Coca-Cola Europacific Partners Indonesia untuk menutup pabrik di Desa Werdi Bhuwana, Mengwi, Badung pada 1 Juli 2025 mendatang tak hanya berdampak pada puluhan karyawan, tapi juga menyisakan kekhawatiran atas keberlanjutan ekonomi lokal.

Setidaknya 70 karyawan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), dengan mayoritas berasal dari bagian produksi. Namun, dampak dari keputusan ini diprediksi lebih luas dari sekadar angka PHK.

Efek Domino: Dari Pabrik ke Pasar

Penutupan ini diperkirakan akan berdampak pada rantai pasok dan distribusi lokal, termasuk para pelaku usaha kecil menengah (UMKM), distributor, hingga warung-warung yang selama ini menjadi pelanggan tetap produk Coca-Cola dari Bali.

“Kami khawatir distribusi jadi lebih mahal karena barang akan dikirim dari Surabaya atau Jakarta. Biaya logistik naik, harga jual ikut terdongkrak,” ungkap I Made Santika, salah satu distributor minuman di Tabanan.

Pemerintah Daerah Didesak Bertindak Cepat

Meski Disnaker telah menyiapkan skema pendampingan dan pelatihan untuk karyawan terdampak, banyak pihak menilai perlu intervensi ekonomi lanjutan, seperti:

• Insentif bagi UMKM terdampak

• Penarikan investor baru ke Bali

• Program padat karya atau perluasan lapangan kerja

“Kami tidak bisa hanya reaktif. Ini saatnya mendorong investasi baru agar tenaga kerja tidak menganggur lama,” ujar pengamat ekonomi lokal, Ni Luh Putu Andari.

Kenapa Coca-Cola Tutup Pabrik di Bali?

Coca-Cola menyatakan bahwa keputusan ini merupakan bagian dari penyesuaian strategi bisnis nasional. Meski tidak disebutkan secara eksplisit, banyak pihak menduga efisiensi operasional dan konsolidasi produksi menjadi alasan utama.

Disnaker juga menepis anggapan bahwa produk Coca-Cola mengalami penurunan minat beli. Produk tetap laku di pasaran, namun perusahaan memilih fokus ke titik distribusi tertentu seperti Surabaya dan Jakarta.

Nasib Karyawan: Relokasi dan Pilihan Berat

Dari 70 karyawan, hanya 3 orang yang dipindahkan ke luar daerah. Sisanya harus mencari pekerjaan baru atau beradaptasi dengan dunia wirausaha.

“Saya sudah bekerja 12 tahun di sini. Mau mulai dari nol itu tidak mudah,” kata salah satu karyawan yang enggan disebutkan namanya.

(Red)
Setelah Pabrik Coca-Cola Bali Ditutup, Apa Dampaknya Bagi Tenaga Kerja dan Ekonomi Daerah?
Next Post

0Komentar

© Copyright - NETT Indonesia . All rights reserved.